BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Bila kita
berbicara tentang ruang lingkup pengajaran agama, maka akan dikemukakan
beberapa bidang pembahasan pengajaran agama itu yang sudah menjadi mata
pelajaran yang berdiri sendiri di perguruan agama. Tentu saja seharusnya sudah
mempunyai metodik khusus untuk masing-masing pelajaran (fiqhi, aqidah, akhlak,
dan mata pelajaran agama yang lainnya).
Jumlah dan
jenis mata pelajaran dapat saja bertambah/dipecah dan mungkin di gabung. Tetapi
prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda
Rasulullah tidak akan bertambah lagi, yang bertambah adalah bidang studi dari
segi pengelompokkannya serta pembahasannya.
Rumusan
Masalah
Apa saja definisi Ruang Lingkup Aqidah Akhlak?
Apa itu dasar Aqidah?
Bagaimana Tujuan Aqidah?
Bagaimana Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak Dalam Islam?
Bagaimana penjelasan makna laa illaha illallah?
Apa itu syirik?
Bgaiamana mengimani malaikat?
Apa itu jin, iblis, dan syaithan?
Tujuan
Pembahasan
Untuk
menjelaskan definisi
Ruang Lingkup Aqidah.
Untuk mengetahui dasar Aqidah.
Untuk mengetahui Tujuan Aqidah.
Untuk mengetahui Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak Dalam
Islam.
Untuk
menjelaskan makna
laa illaha illallah.
Untuk menjelaskan arti syirik.
Untuk
menjelaskan tentang mengimani malaikat.
Untuk
menjelaskan jin, iblis, dan syaithan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ruang Lingkup Aqidah
Aqidah Islam berawal dari keyakinan
kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat,
sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan
dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.[1]
Sistematika
aqidah itu bagaikan sebuah pohon yang berbuah.
Menurut sistematika Hasan Al-Banna
maka ruang lingkup Aqidah Islam meliputi : Ilahiyat, yaitu pembahasan tentang
segala susuatu yang berhubungan dengan Tuhan (Allah), seperti wujud Allah,
sifat Allah dan lain lain.
Dasar aqidah islam
Akidah menurut bahasa adalah berasal
dari kata Al-’aqdu yang berarti ikatan, At-Tausiku yang berarti kepercayaan
atau keyakinan yang kuat, Al-Ihkamu artinya mengukuhkan/ menetapkan, dan
Ar-Robtu biquwwah yang berarti meningkat yang kuat.
Menurut istilah, akidah islam adalah
ajaran tentang kepercayaan yang teguh terhadap ajaran yang meliputi kemaha
Esaan Allah SWT (tauhid) dan segala ajaranya, yang tercakup kedalam rukun iman
yang enam, yaitu iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat,iman kepada kitab,
iman kepada rasul, iman kepeda hari kiamat, dan iman kepada qodho dan qodhar.
Dari definisi diatas dapat dipahami
bahwa dasar akidah islam adalah rukun iman yang enam. Yaitu: iman kepada Allah,
iman kepada malaikat, iman kepada rasul, iman kepada kitab, iman kepada hari
kiamat, iman kepada Qodho (takdir baik) dan Qodhar (takdir buruk)
Tujuan akidah islam
Dengan adanya pondasi akidah islam
seperti yang telah dipaparkan diatas, tujuan yang dicapai adalah:
Melluruskan dan mengikhglaskan niat
dan ibadah kepada Allah SWT. Karena dia adalah pencipta yang tidak ada sekutu
baginya, tujuan dari ibadah hanya diperuntukan kepada Nya.
Membebaskan akal dan pikiran dari
kosongnya hati.
Ketenangan jiwa dan pikiran.
Meluruskan tujuan dan perbuatan dari
penyelewengan dalam beribadah kepada Allah SWT. Dasar dari ibadah ini dalah
adalah mengimani para rasul mengikuti jalan merekan yang lurus.
Bersungguh-sungguh dalam beramal
baik dengan mengharapbalasan dari Allah SWT, serta menjauhi perbuatan dosa
karena takut akan balasanya.
Mencintai umat yang kuat serta
menjalin rasa kesatuan yang kuat sesama umat, dan berjuang menegkkan agama
Allah.
Meraih kebahagiaan dunia dan akherat
dengan beramal sholeh demi meraih pahala dan kemuliaan.
Kedudukan dan Keistimewaan Akhlak Dalam Islam
Diantara kedudukan dan keistimewaan akhlak dalam islam
adalah :
Penyempurnaan akhlak adalah misi pokok Rasuluallah SAW
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam
Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan
seseorang nanti pada hari kiamat
Baik buruknya akhlak menjadi ukuran kualitas keimanan
seseorang
Akhlak yang baik merupakan bukti dan buah dari ibadah kepada
Allah
SyahadatTauhid
Bunyi kalimat syahadat yang pertama sebagai berikut:
أشْهَدُأَنْلَا ِإلَٰهَإِلَّااللهُ
“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah.” Dengan mengucapkan kalimat ini berarti kita telah ‘menyaksikan’
Tuhan yang punya Nama Allah. Sebagaimana dalam QS. Thaha ayat 14 yang berbunyi
: إِنَّنِيأَنَااللَّهُلاإِلَهَإِلاأَنَافَاعْبُدْنِيوَأَقِمِالصَّلاةلِذذِكْرِي
١٤-
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada
tuhan yang berhakdisembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan
laksanakanlahshalat untuk mengingat Aku”
Tuhan mengenalkan Diri-Nya dengan
Nama Allah: Innanī Ana Allah “Sesungguhnya AKU ini (bernama) ALLAH”. Kemudian
Nabi Muhammad SAW diperintah untuk mengenalkan Tuhan Yang Maha Esa dengan Nama
ALLAH: Qul Huwa Allahu Aḥad “Katakanlah (hai Muhammad) DIA itu (bernama) ALLAH,
(DIA itu) Maha Esa”.[2]
Jadi, Allah itu adalah Nama Tuhan.
Atau lebih tepatnya salah satu Nama Tuhan, karena DIA mempunyai banyak Nama,
yakni Al-Asma`ul Ḥusna. Nama-nama yang baik bagi Tuhan ada 99 Nama (Allah,
al-Raḥman, al-Raḥim, al-Malik, dan seterusnya). Tapi Nama Allah adalah Nama
yang mencakup seluruh Asma. Karena itulah Nama Allah paling sering disebut.
Tapi perlu diingat, Allah itu bukan Tuhan melainkan Nama Tuhan, atau salah satu
Nama Tuhan.
Makna Syahadat "Laa ilaaha
illallah" Yaitu beri'tikad dan berikrar bahwasanya tidak ada yang berhak
disembah dan menerima ibadah kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, menta'ati hal
terse-but dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan hak penyembahan dari selain
Allah, siapa pun orangnya. Illallah adalah penetapan hak Allah semata untuk
disembah.
Jadi makna kalimat ini secara ijmal
(global) adalah, "Tidak ada sesembahan yang hak selain Allah". Khabar
"Laa " harus ditaqdirkan "bi haqqi" (yang hak), tidak boleh
ditaqdirkan dengan "maujud " (ada). Karena ini menyalahi kenyataan
yang ada, sebab Tuhan yang disembah selain Allah banyak sekali. Hal itu akan
berarti bahwa menyembah Tuhan-Tuhan tersebut adalah ibadah pula untuk Allah.
Ini Tentu kebatilan yang nyata.
Pengertian Syirik
Syirik dari segi bahasa artinya
mempersekutukan, secara istilah adalah perbuatan yang mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang lain. Orang yang melakukan syirik disebut musyrik. Seorang
musyrik melakukan suatu perbuatan terhadap makhluk (manusia maupun benda) yang
seharusnya perbuatan itu hanya ditujukan kepada Allah seperti menuhankan
sesuatu selain Allah dengan menyembahnya, meminta pertolongan kepadanya,
menaatinya, atau melakukan perbuatan lain yang tidak boleh dilakukan kecuali
hanya kepada Allah SWT.
Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisaa’: 48)[3]
Macam-macam Syirik
Dilihat dari sifat dan tingkat
sanksinya, syirik dapat dibagi menjadi dua yaitu:
Syirik Akbar (Syirik Besar)
Syirik akbar merupakan syirik yang
tidak akan mendapat ampunan Allah. Syirik akbar dibagi menjadi dua, yang
pertama yaitu Zahirun Jali (tampak nyata), yakni perbuatan kepada tuhan-tuhan
selain Allah atau baik tuhan yang berbentuk berhala, binatang, bulan, matahari,
batu, gunung, pohon besar, sapi, ular, manusia dan sebagainya. Demikian pula
menyembah makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin dan malaikat.
Yang kedua yaitu syirik akbar
Bathinun Khafi (tersembunyi) seperti meminta pertolongan kepada orang yang
telah meninggal. Setiap orang yang menaati makhluk lain serta mengikuti selain
dari apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, berarti telah
terjerumus kedalam lembah kemusyrikan. Firman Allah SWT:
jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah
menjadi orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-An’am: 121).
Syirik Asghar (Syirik Kecil)
Syirik asghar termasuk perbuatan
dosa besar, akan tetapi masih ada peluang diampuni Allah jika pelakunya segera
bertobat. Seorang pelaku syirik asghar dikhawatirkan akan meninggal dunia dalam
keadaan kufur jika ia tidak segera bertaubat.
Contoh-contoh perbuatan syirik
asghar antara lain:
Bersumpah dengan nama selain Allah
Sabda rasulullah SAW: وَمَنْحَلَفَبِغَيْرِاللّٰهِفَقَدْكَفَرَاَوْاَشْرَكَ
Artinya: “Dan barang siapa yang
bersumpah dengan selain nama Allah, maka dia telah kufur atau syirik”. (HR. Tirmidzi).
Memakai azimat
Memakai azimat termasuk perbuatan
syirik karena mengandung unsur meminta atau mengharapkan sesuatu kepada
kekuatan lain selain Allah.
Sabda rasulullah SAW:“Barangsiapa
menggantungkan azimat, maka dia telah berbuat syirik”. (HR. Ahmad).
Mantera
Mantera yaitu mengucapkan kata-kata
atau gumam-gumam yang dilakukan oleh orang jahiliyah dengan keyakinan, bahwa
kata-kata atau gumam-gumam itu dapat menolak kejahatan atau bala dengan bantuan
jin. Sabda rasulullah SAW: ”Sesungguhnya mantera, azimat dan guna-guna itu
adalah perbuatan syirik”. (HR. Ibnu Hibban).
Sihir
Sihir termasuk perbuatan syirik
karena perbuatan tersebut dapat menipu atau mengelabui orang dengan bantuan jin
atau setan. Dan dalam sebuah hadits disebutkan:“Barangsiapa yang membuat suatu
simpul kemudian dia meniupinya, maka sungguh ia telah menyihir. Barangsiapa
menyihir, sungguh ia telah berbuat syirik”. (HR. Nasa’i).
Peramalan
Yang dimaksud peramalan ialah
menentukan dan memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa-masa yang
akan datang baik itu dilakukannya dengan ilmu perbintangan, dengan membaca
garis-garis tangan, dengan bantuan jin dan sebagainya. Rasulullah SAW
bersabda:“Barangsiapa yang mempelajari salah sat ilmu perbintangan, maka ia
telah mempelajari sihir”. (HR. Abu Daud). Yamg dimaksud ilmu perbintangan dalam
hadits ini bukanlah ilmu perbintangan yang mempelajari tentang planet yang
dalam ilmu pengetahuan disebut astronomi.”
-
Dukun ialah orang yang dapat
memberitahukan tentang hal-hal yang ghaib pada masa datang, atau memberitahukan
apa yang tersirat dalam naluri manusia. Adapun tukang tenung adalah nama lain
dari peramal atau dukun, atau orang-orang yang mengaku bahwa dirinya dapat
mengetahui dan melakukan hal-hal yang ghaib, baik dengan bantuan jin atau
setan, ataupun dengan membaca garis tangan. Dalam sebuah hadits diterangkan:
“Dari Wailah bin Asqa’i ra berkata:
aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa datang kepada tukang tenung
lalu menanyakan tentang sesuatu, maka terhalanglah tobatnya selama empat puluh
hari. Dan bila mempercayai perkataan tukang tenung itu, maka kafirlah ia”. (HR.
Thabrani).
Bernazar kepada selain Allah
Dalam masyarakat masih dijumpai
seseorang bernazar kepada selain Allah. Misalnya seseorang bernazar, “Jika aku
sembuh dari penyakit aku akan mengadakan sesajian ke makam wali”. Perbuatan
seperti itu adalah perbuatan yang sesat.
Firman Allah SWT:
“Apa saja yang kamu nafkahkan atau apa saja
yang kamu nazarkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. Orang-orang yang
berbuat zalim tidak ada seorang penolongpun baginya”. (QS. Al-Baqarah: 270)
Riya
Riya adalah beramal bukan karena
Allah, melainkan karena ingin dipuji atau dilihat orang. Riya termasuk syirik,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:“Sesuatu yang amat aku takuti yang akan
menimpa kamu ialah syirik kecil. Nabi ditanya tentang hal ini, maka beliau
menjawab, ialah Riya”. (HR. Ahmad).
Hikmah beriman kepada maiakat
Firman Allah Swt. يَاأَيُّهَاالَّذِينَآمَنُواآمِنُوابِاللَّهِوَرَسُولِهِوَالْكِتَابِالَّذِينَزَّلَعَلَىٰرَسُولِهِوَالْكِتَابِالَّذِيأَنْزَلَمِنْقَبْلُ
ۚ
وَمَنْيَكْفُرْبِاللَّهِوَمَلَائِكَتِهِوَكُتُبِهِوَرُسُلِهِوَالْيَوْمِالْآخِرِفَقَدْضَلَّضَلَالًابَعِيدًا
Artinya:“Wahai orang-orang yang
beriman! Tetaplah beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya (Muhammad saw.) dan
kepada Kitab (al-Qur’ān) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang
diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah Swt.,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,
maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh” (QS. an-Nisa’:136)
Hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra. bahwa pada
suatu hari Rasulullah saw. muncul di tengah orang banyak, lalu beliau didatangi
oleh seorang laki-laki. Orang itu bertanya, ‘Wahai Rasulullah Saw.”apakah iman
itu?’ Beliau menjawab,”Iman adalah kamu harus percaya kepada Allah Swt”.
malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, rasul-rasul-Nya, dan
hari kebangkitan di akhirat nanti.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Penciptaan Malaikat. Mengingat
sedikitnya pengetahuan yang dimiliki manusia terutama berkaitan dengan hal-hal
yang gaib termasuk malaikat, sumber yang dapat dijadikan rujukan untuk
mengetahui malaikat dengan berpedoman kepada al-Qur’ān dan hadis-hadis Rasulullah
saw.
Dalam sebuah hadis Rasulullah saw.
bersabda: Artinya: “Dari Aisyah berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Malaikat
diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang menyala-nyala dan Adam
diciptakan dari sesuatu yang telah disebutkan (ciri-cirinya) untuk kalian.(HR.
Muslim)
Keterangan lain tentang malaikat
sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Fathir:1 disebutkan bahwa malaikat mempunyai
sayap. Allah Swt. Berfirman:
الْحَمْدُلِلَّهِفَاطِرِالسَّمَاوَاتِوَالْأَرْضِجَاعِلِالْمَلَائِكَةِرُسُلًاأُولِيأَجْنِحَةٍمَثْنَىٰوَثُلَاثَوَرُبَاعَ
ۚ يَزِيدُفِيالْخَلْقِمَايَشَاءُ ۚ إِنَّاللَّهَعَلَىٰكُلِّشَيْءٍقَدِيرٌ
Artinya: “Segala puji bagi Allah
Swt. pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan
(untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada
yang) dua, tiga dan empat. Allah Swt. menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang Dia
kehendaki. Sungguh, Allah Swt. Mahakuasa atas segala sesuatu” (QS. Fathir:1)
Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa
malaikat adalah makhluk Allah Swt. yang diciptakan dari nur atau cahaya dan
memiliki sayap, sehingga jika ada keterangan lain yang menyatakan bahwa
malaikat memiliki ciri-ciri yang tidak sesuai dengan keterangan dari al-Qur’ān
dan hadis, patutlah kita meragukannya. Perbedaan Malaikat dengan Manusia dan
Jin Dari segi asalnya,
malaikat berbeda dengan manusia dan
jin, yaitu bahwa malaikat diciptakan dari nur atau cahaya sementara manusia dan
jin masing-masing diciptakan dari tanah dan api.
Dari sifat dan ciri-cirinya,
perbedaan malaikat, manusia, dan jin dapat dilihat berikut. Malaikat.
Ghaib.
Tidak memiliki nafsu.
Selalu taat kepada Allah Swt.
Tidak berjenis kelamin.
Tidak makan, tidak minum, tidak
tidur, dan tidak kawin.
Memiliki akal pikiran yang bersifat
statis.
Manusia.
1. Nyata.
2. Memiliki nafsu.
3. Ada yang taat dan ada yang durhaka.
4. Berjenis kelamin.
5. Makan, minum, tidur, dan kawin.
6. Memiliki akal pikiran yang bersifat dinamis.
Jin/Setan/Iblis.
1. Ghaib.
2. Memiliki nafsu.
3. Selalu durhaka kepada Allah Swt.
4. Berjenis kelamin.
5. Makan, minum, tidur, dan kawin.
6. Memiliki akal pikiran.
Jumlah Malaikat. Karena sifatnya
gaib, berapa jumlah malaikat secara terinci sebagaimana manusia, hanya Allah
Swt. dan Rasul-Nya yang mengetahui. Namun demikian, keterangan hadis berikut
dapat memberikan penjelasan tentang banyaknya jumlah malaikat.
Hadis berikut menggambarkan
banyaknya jumlah malaikat. Perhatikan hadis dari Ali ra. Artinya: Dari Ali ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa mengunjungi
saudaranya sesama muslim maka seakan ia berjalan di bawah pepohonan surga
hingga ia duduk, jika telah duduk maka rahmat akan melingkupinya.
Jika mengunjunginya di waktu pagi,
maka tujuh puluh ribu malaikat akan bersalawat kepadanya hingga sore hari, dan
jika ia mengunjunginya di waktu sore, maka tujuh puluh ribu malaikat akan
bersalawat kepadanya hingga pagi hari.” (H.R. Ibnu Majah)
Banyaknya jumlah malaikat tersebut
menggambarkan betapa Mahakuasa Allah Swt. karena dengan jumlah malaikat yang
demikian banyak, sangat mudah bagi Allah Swt. untuk mengetahui gerak-gerik
serta tingkah laku manusia. .
Hikmah Beriman kepada Malaikat.
Orang-orang yang beriman selalu dapat mengambil pelajaran dari apa yang
diimani. Dalam hal beriman kepada malaikat-malaikat Allah Swt., pelajaran yang
dapat dipetik antara lain seperti berikut.
Menambah keimanan dan ketakwaan
kepada Allah Swt.
Senantiasa hati-hati dalam setiap
ucapan dan perbuatan sebab segala apa yang dilakukan manusia tidak luput dari
pengamatan malaikat Allah Swt.
Menambah kesadaran terhadap alam
wujud yang tidak terjangkau oleh pancaindra manusia.
Menambah rasa syukur kepada Allah
Swt. karena melalui malaikatmalaikat- Nya, manusia memperoleh banyak karunia.
5. Menambah semangat dan ikhlas dalam beribadah walaupun tidak dilihat oleh
orang lain ketika melakukannya.
Menumbuhkan cinta kepada amal saleh
karena malaikat selalu siap mencatat amal manusia.
Semakin giat dalam berusaha karena
tidak ada rezeki yang diturunkan oleh malaikat Allah Swt. tanpa usaha dan kerja
keras.
Penjelasan tentang jin dan saytan (Iblis)
Arti Jin
Jin adalah
makhluk yang diciptakan Tuhan dari Api dan memiliki kemampuan untuk tidak
terlihat dari pandangan manusia kecuali pada orang-orang tertentu yang
diberikan izin oleh Tuhan untuk melihatnya.
Sebagian jin bisa melakukan hubungan dengan manusia dan bahkan bisa
membantu manusia walaupun cenderung bertujuan untuk menyesatkan manusia yang
ditolongnya.
Arti Setan
Setan adalah jin yang memiliki perilaku yang jahat yang
dapat mengganggu dan menyesatkan pihak lain yang menjadi korbannya. Setan tidak hanya berasal dari golongan
bangsa jin saja, namun juga berasal dari golongan manusia. Sedangkan golongan malaikat tidak ada yang
menjadi setan karena semua malaikat patuh dan tunduk kepada Tuhan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aqidah Islam berawal dari keyakinan
kepada zat mutlak yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat,
sifat, perbuatan dan wujudnya. Kemaha-Esaan Allah dalam zat, sifat, perbuatan
dan wujdunya itu disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman.
Diantara kedudukan dan keistimewaan akhlak dalam islam
adalah :
Penyempurnaan akhlak adalah misi pokok Rasuluallah SAW
Akhlak merupakan salah satu ajaran pokok agama Islam
Akhlak yang baik akan memberatkan timbangan kebaikan
seseorang nanti pada hari kiamat
Baik buruknya akhlak menjadi ukuran kualitas keimanan
seseorang
Akhlak yang baik merupakan bukti dan buah dari ibadah kepada
Allah
Saran
Dengan
selesainya penulisan makalah ini, maka penulis mengharap kepada pembaca
sekiranya menemukkan kesalahan pada makalah ini untuk memperbaikinya. Sebab
penuls bukanlah orang sempurnya yang tidak lepas dari sifat kekeliruan,
sehingga penulis juga biasa melakukan kesalahan. Dan jika ada sesuatu yang
biasa dijadikan bahan kajian oleh pembaca maka penulis akan merasa termotivasi.
Saran dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun semangat penulis akan
selalu ditunggu oleh penulis.
[2] Zuhri, Saifuddin(Majalah Asy Syariah edisi 040)
[3] Sa’id bin Ali bin Wahf al-Qahthani(Murnikan Tauhid
Jauhkan Syirik, Bandung : Pustaka At-Tazkia, 2010)hal. 34