Sabtu, 23 Februari 2019

MENCEGAH KENAKALAN REMAJA MELALUI PENGUATAN PENDIDIKAN KELUARGA DALAM MEMBANGUN KETAHANAN NASIONAL

Penulis : Rahayu Nafiah
Metode : Kepustakaan (Library Research)

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang mencegah kenakalan remaja melalui penguatan pendidikan keluarga dalam membangun ketahanan nasional. Metode yang digunakan adalah kepustakaan (Library Research). Temuan yang dihasilkan dalam penulisan ini bahwa telah banyak ditemui tindak kekerasan dan kriminal yang dilakukan oleh banyak remaja. Hal tersebut menjadi salah satu faktor melemahnya ketahanan nasional. Telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah guna membangun ketahanan nasional. Namun semua itu belum cukup tanpa adanya pondasi yang kuat dari lingkungan keluarga. Karena itu penguatan pendidikan keluarga merupakan sebuah keniscayaan. Pendidikan keluarga yang dimaksud ialah pendidikan moral, sosial, emosi dan intelektual.

Kata kunci: Kenakalan Remaja, Pendidikan Keluarga, Ketahanan Nasional.

A.Latar Belakang

Setiap orang tua pasti menginginkan putra-putri mereka menjadi manusia yang pandai, cerdas, dan berakhlak. Namun sayangnya keinginan tersebut tidak disertai oleh upaya-upaya yang positif dan kondusif. Terkadang malah menyimpang dari apa yang mereka rencanakan.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.  Tidak sedikit pula keluhan-keluhan yang muncul di dunia pendidikan kita, krisis moral, dan belum lagi ditambah dengan masalah yang ada pada sumber daya manusia kita. Fenomena yang sama sekali tidak bisa kita remehkan atau dipandang sebelah mata, karena nasib bangsa ini yang akan menjadi taruhannya. Bila generasi bangsa ini miskin akan keteladanan dan krisis moral, meskipun kecerdasannya patut dibanggakan, justru mereka inilah yang merugikan negara dan masyarakat, dan mereka pula yang akan membawa negara pada kehancuran.
Hasil penelitian terhadap remaja di Jakarta telah membuktikan, bahwa dalam berpacaran, mencium bibir, memegang buah dada, memegang alat kelamin lawan jenis, dan bahkan sampai melakukan senggama, sepertinya merupakan hal biasa bagi para remaja. Bahkan ada diantara mereka yang merasa senang melakukannya.
Dari berbagai permasalahan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa peran pendidikan sangatlah penting dalam proses pembentukan dari tingkah laku atau kepribadiannya tersebut. Dalam hal ini pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian dan jiwa seorang anak adalah melalui proses pendidikan di lingkungan keluarga. Pada lingkungan inilah pertamakalinya terbentuk pola dari tingkah laku atau kepribadian seorang anak tersebut.  Dengan demikian, cinta perhatian dan asuhan yang dibutuhkan oleh anak-anak dari orang tua mereka dan yang sangat penting bagi penciptaan generasi masa depan yang lebih baik.  Maka dari itu penulis ingin mengangkat sebuah tulisan ilmiah dengan judul ”Mencegah Kenakalan Remaja Melalui Penguatan Pendidikan Keluarga dalam Membangun Ketahanan Nasional”. Permasalahan adalah apa pengertian kenakalan remaja, pengertian pendidikan keluarga, pengertian ketahanan nasional, dan bagaimana mencegah kenakalan remaja melalui penguatan pendidikan keluarga dalam membangun ketahanan nasional.

B.Pengertian Kenakalan Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut edolescene, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Bangsa primitif dan bangsa orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi.  Pada fase ini dilakukan upaya-upaya untuk mandiri dan pencarian identitas diri. Pemikirannya lebih logis, abstrak dan idealis. Semakin lama banyak waktu dimanfaatkan di luar keluarganya.
Kenakalan remaja merupakan gejala universal dalam kehidupan manusia yang selalu mengikuti perubahan zaman. Setiap zaman memiliki remaja dengan kenakalan yang sesuai dengan zamannya, sehingga setiap zaman ada saja jenis kenakalan yang sangat mencemaskan masyarakat.
Anak menghabiskan sebagian besar waktunya di lingkungan keluarga. Karena itu perkembangan mental, fisik dan sosial selalu berada dibawah pengawasan orangtua atau harus patuh pada tatanan hidup yang digariskan orangtua dalam keluarga. Karena itu, jika seorang anak menjadi nakal dan selalu melakukan tindak kriminal serta bertindak meresahkan masyarakat, maka kemungkinan besar masalahnya ada pada cara mendidik anak dan kondisi keluarga itu sendiri.

C.Pengertian Pendidikan Keluarga

Keluarga dalam bahasa inggris disebut dengan Family . Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak. Sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, seorang anak akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga.  Keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama. Keluarga yang sehat besar artinya untuk pendidikan dalam ukuran kecil, tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
Anak adalah generasi masa depan yang akan memegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Andai saja mereka tidak di didik dengan baik, mereka berpeluang besar untuk merusak. Kehadirannya malah menambah beban dan masalah.  Dalam hal pendidikan keluarga, telah disebutkan dalam A-Qur’an surah At-Tahrim ayat 6, yaitu:
        ••                
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan ayat diatas bahwa dakwah dan pendidikan harus bermula dari rumah. Ini berarti kedua orang tua harus bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga  pasangan masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggung jawab atas kelakuannya.  Kelebihannya orang tua lebih panjang memiliki waktu untuk bergaul dengan anak-anaknya dirumah.

D.Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional adalah perihal tahan (kuat), keteguhan hati. Ketahanan dalam rangka kesadaran. Dalam pengertian nasional (bangsa yang telah menegara) tersimpul bahwa penduduk daru suatu wilayah tertentu yang telah mempunyai pemerintahan nasional dan berdaulat. Dengan demikian istilah nasional itu tidak hanya mencakup pengertian bangsa atau suatu wilayah semata-mata, tetapi lebih menunjukkan makna sebagai kesatuan dan persatuan kepentingan bangsa yang telah menegara. Maka dalam istilah ketahanan nasional itu tersimpul pengertian perihal tahan (kuat), keteguhan hati, ketabahan dari kesatuan dalam memperjuangkan kepentingan nasional suatu bangsa yang telah menegara.
Ketahanan nasional adalah keuletan dan ketangguhan yang dapat mengembangkan ketahanan atau kekuatan nasional dalam menghadapi berbagai macam hambatan, tantangan dan ancaman yang berasal dari luar maupun dari dalam. Definisi ketahanan nasional yaitu kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan maupun dibina secara berkelanjutan. Hal tersebut dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan juga negara dengan keuletan serta ketangguhan sehingga mampu mengembangkan kekuatan nasional.

E.Pendidikan Keluarga Dalam Mencegah Kenakalan Remaja

Dalam upaya membangun ketahanan nasional, maka diperlukan adanya pondasi yang kuat dari lingkungan keluarga. Menurut Sjarkawi pembentukan kepribadian anak untuk menjadi penguat dalam pendidikan keluarga ada empat yaitu melalui pendidikan moral, sosial, intelektual dan emosi.

1.Pendidikan Moral
Istilah moral kadang-kadang dipergunakan sebagai kata yang sama artinya dengan etika. Moral berasal dari bahasa Latin, yaitu kata mos, (adat istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku, kelakuan), mores (adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, cara hidup). Dalam bahasa inggris dan banyak bahasa lainnya, termasuk bahasa Indonesia, kata mores masih dipakai dalam arti yang sama. secara etimologi kata etika sama dengan kata moral karena keduanya berasal dari kata yang berarti adat kebiasaan.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah segala hal yang berurusan dengan sopan santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etika atau sopan santun. Moralitas bisa bersal dari tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi, atau gabungan dari beberapa sumber. Dengan demikian kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dapat dipengaruhi oleh cara berpikir moral seseorang. Moral yang baik berasal dari cara berpikir moralnya yang tinggi berdasarkan pertimbangan moral yang bersumber dari perkembangan moral kognitifnya. Moral yang baik yang dimiliki oleh seseorang akan menghasilkan kepribadian yang baik pula. Ini berarti pendidikan moral yang didapat oleh seseorang akan membantu orang tersebut dalam pembentukan kepribadian yang baik dan moralitasnya.
Kehidupan keluarga yang harmonis menghasilkan anak-anak bangsa yang bermoral dan berakhlak mulia.  Kebanyakan anak-anak yang moralnya rusak adalah mereka yang kurang mendapatkan pendidikan yang baik dari keluarganya, atau berasa dari keluarga broken home.  Masalah kerusakan moral seseorang tentu akan mengganggu ketentraman orang lain, jika dalam suatu masyarakat banyak yang rusak moralnya, maka akan goncanglah keadaan masyarakat. Bila kita tinjau keadaan masyarakat Indonesia terutama di kota besar sekarang ini, akan kita dapati bahwa moral sebagian anggota masyarakat telah rusak atau mulai merosot, dimata kita lihat kepentingan umum tidak lagi menjadi nomor satu, akan tetapi kepentingan dan keuntungan pribadilah yang menonjol pada banyak orang.
Karena itu jelaslah bahwa daya tahan suatu bangsa dalam menghadapi segala tantangan sangat tergantung dari daya tahan dan kekuatan sebuah masyarakat yang terdiri dari keluarga-keluarga itu sendiri. Sehingga baiknya keluarga akan berpengaruh terhadap suatu masyarakat, dan dinamisnya sebuah masyarakat akan sangat mempengaruhi ketahanan suatu negara itu sendiri. Penanaman moral dan budi pekerti sejak usia dini dapat memperbaiki kondisi generasi penerus bangsa saat ini.  Dengan diperintahkan untuk selalu menerima hikmah dan pelajaran yang baik guna membentuk suatu budi pekerti dan pembelajaran. Disebutkan dalam Al-Qur’an Surah An-Nahl ayat 125, yaitu:
             •     •         
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Penanaman moral pada diri seorang anak berawal dari lingkungan keluarga. Pengaruh keluarga dalam penempatan karakter anak sangatlah besar. Dalam sebuah keluarga, seorang anak diasuh, diajar berbagai macam hal diberi pendidikan mengenai budi pekerti dan budaya.

2.Pendidikan Sosial
Yang dimaksud dengan pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada akidah islamiyah yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam, agar didalam masyarakat nanti ia bisa tampil dengan pergaulan dan adab yang baik, keseimbangan akal yang matang dan tindakan bijaksana.
Secara fitrah jiwa manusia disiapkan untuk bisa memilih nilai dan contoh yang baik sekaligus membentuk dua hal pada tataran sosial yang berangkat dari subjektivitas pribadi pada masa remaja.  Pendidikan sosial ini dimulai dari lingkungan rumah sendiri kemudian berkembang lebih luas lagi ke lingkungan sekolah, dan dilanjutkan kepada lingkungan yang lebih luas lagi, yaitu tempat berkumpulnya teman sebaya. Namun demikian yang sering terjadi adalah pendidikan sosial anak dimulai dari rumah, dilanjutkan dengan teman sebaya, baru kemudian dengan teman-temannya di sekolah.
Kesulitan hubungan sosial dengan teman sebaya atau teman di sekolah sangat mungkin terjadi manakala individu dibesarkan dalam suasana pola asuh yang penuh unjuk kuasa dalam keluarga. Penyebab kesulitan hubungan sosial sebagai akibat kesulitan pola asuh orangtua yang penuh dengan unjuk kuasa ini adalah timbul dan berkembangnya rasa takut yang berlebihan pada anak sehingga tidak berani mengambil keputusan, dan tidak berani memutuskan pilihan teman yang dianggap sesuai. Sesama manusia adalah makhluk sosial yang saling berhubungan dengan manusia lainnya dan diperintahkan untuk saling tolong menolong, disebutkan dalam Al-Qur’an Surah At-Taubah, yaitu:
              •         •      
Artinya: dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Diantara dasar-dasar pendidikan sosial dalam mendidik anak adalah membiasakannya untuk melaksanakan dasar-dasar sosial secara umum, dan membentuknya diatas dasar-dasar pedagogis yang sangat penting, sejak masa kecilnya. Sehingga, jika seorang anak menjadi pemuda, secara bertahap meninggalkan masa kanak-kanaknya dan mulai memahami hakekat sesuatu, maka pergaulannya dengan orang lain dan perangainya di masyarakat akan tampak sangat baik. Ia akan berbuat baik dan berlemah-lembut kepada orang lain, mencintai orang lain dan memiliki akhlak yang mulia.  Jika adanya permusuhan-permusuhan dapat menyebabkan gagalnya ketentraman kehidupan sosial.
Di antara dasar sosial terpenting di dalam membentuk perangai dan mendidik kehidupan sosial anak, adalah membiasakan anak sejak kecil untuk mengadakan pengawasan dan krituik sosial, membina setiap individu yang dipergauli, diikuti atau mengikuti, dan memberikan nasihat kepada setiap individu yang tampaknya menyimpang dan menyeleweng.

3.Emosi
Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Emosi seperti halnya perasaan juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif sampai dengan yang bersifat negatif.
Emsosi yaitu menggambarkan bagaimana mengembangkan kecerdasan hati, seperti keuletan, kesabaran, inisiatif, optimisme, kemampuan beradaptasi dengan yang lain, kemampuan mendengarkan dan berkomunikasi lisan, serta kerjasama dalam tim.  Merasakan bagaimana penderitaan orang lain, bagaimana kegembiraan orang lain, bagaimana manifestasi kesedihan, kesenangan, kekalutan, kebencian, dan seterusnya.
Memenuhi kebutuhan emosional sangat penting bagi kehidupan, jika tidak tidak dipenuhi, seorang anak akan merasa kesulitan untuk dapat beradaptasi dengan dirinya sendiri dan orang lain. Orang tua dan anak adalah salah satu ikatan dalam jiwa. Dalam keterpisahan raga, jiwa mereka bersatu dalam keabadian, tak seorang pun yang dapat menceraikannya. Ikatan itu dalam bentuk hubungan emosional antara anak dan orang tua yang tercermin dalam perilaku.

4.Intelektual
Kata intelektual berasal dari bahasa Inggris Intellectual, yang berarti kekuatan-kekuatan mental dan pemahaman yang baik. Sedangkan kata intellect  diartikan sebagai kekuatan pikiran yang dengannya kita mengetahui, menalar dan berpikir. Disamping juga berarti sebagai seseorang yang memiliki potensi tersebut secara aktual. Kata tersebut telah masuk dalam pembendaharaan bahasa Indonesia yang secara umum diartikan sebagai pemikir-pemikir yang memiliki kemampuan penganalisaan terhadap masalah-masalah tertentu.
Maksud pendidikan iktelektual adalah  pembentukan dan pebinaan berpikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfaat, ilmu pengetahuan hukum, peradaban ilmiah dan modernisme serta kesadaran berpikir dan berbudaya. Dengan demikian, ilmu rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina.  Pada dasarnya manusia telah dilahirkan sesempurna mungkin yang kemudian akan dibina menjadi sesosok manusia yang lebih baik. Telah disebutkan dalam Al-Qur’an Surah As-Sajdah ayat 9, yaitu:
              •    
Artinya: kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Dalam Tafsir Al-Mishbah menjelaskan bahwa Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuh-nya ruh (ciptaaan)-Nya dan setelah kelahirannya di pentas bumi Dia menjadikan bagi kamu wahai manusia pendengaran agar kamu dapat mendengar kebenaran dan penglihatan agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan hati agar kamu dapat berfikir dan beriman, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur dan banyak diantara kamu yang kufur. Yakni kamu yang tidak memfingsikan anugerah-anugerah itu sebagaimana yang Allah kehendaki, tetapi memfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
Ciri khas masyarakat yang memiliki intelektualitas adalah yang memberikan prioritas dan nilai yang tinggi terhadap ilmu dan kebenaran. Harmonisasi dan dinamika yang terjadi di masyarakat tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya intelektualitas di dalamnya. Dengan kata lain tanda adanya intelektualitas akan sangat sulit mendialogkan dan mensinkronasikan berbagai perbedaan serta memecahkan berbagai permasalahan dengan keterbukaan dan semangat kebersamaan.

F.Penutup
1.Kesimpulan
Kenakalan remaja merupakan gejala universal dalam kehidupan manusia yang selalu mengikuti perubahan zaman. Setiap zaman memiliki remaja dengan kenakalan yang sesuai dengan zamannya, sehingga setiap zaman ada saja jenis kenakalan yang sangat mencemaskan masyarakat. Anak adalah generasi masa depan yang akan memegang tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini. Andai saja mereka tidak di didik dengan baik, mereka berpeluang besar untuk merusak.
kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan maupun dibina secara berkelanjutan. Hal tersebut dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan juga negara dengan keuletan serta ketangguhan sehingga mampu mengembangkan kekuatan nasional.
Pendidikan keluarga merupakan salah satu aspek penting, karena awal pembentukan dan perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian dan jiwa seorang anak adalah melalui proses pendidikan di lingkungan keluarga. Pada lingkungan inilah pertamakalinya terbentuk pola dari tingkah laku atau kepribadian seorang anak tersebut.
Penguatan pendidikan keluarga sejak dini merupakan suatu keniscayaan yang dapat mencegah kenakalan remaja pada zaman sekarang ini, pendidikan tersebut melalui pendidikan moral, pendidikan sosial, intelektual dan emosi yang dipercaya akan dapat membangun karakter anak agar tidak terjatuh dalam ancaman dan tantangan yang menghambat perkembangan ketahanan nasional.
2.Saran
Diharapkan dengan adanya tulisan ini dapat memberikan kesadaran kepada seluruh keluarga akan pentingnya penguatan pendidikan keluarga dalam mencegah kenakalan remaja. Dengan adanya pendidikan moral, pendidikan sosial, intelektual dan emosi mari kita ciptakan generasi yang bermutu tinggi yang tidak akan dikalahkan oleh zaman.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahim Saidek. (2017). Civic Education Pendidikan Kewarganegaraan. Jambi: Salim Media Indonesia
Abdullah Nashih Ulwan. (1981). Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam. Semarang: Asy-Syifa’
Aziz Bachtiar. (2005). Sukses Ala Remaja. Yogyakarta: Saujana
CST. Kansil dan Christine Kansil. (2003). Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi. Jakarta: Pradnya Paramita
Departemen Agama RI. (2009). Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema
Fikri Alfian. Kamus Lengkap 400 Trilyun. Surabaya: Mitra Pelajar
Hanan Athiya Ath-Thuri. (2007). Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja. Jakarta: Amzah
Jurnal Al-Hikmah. (2016). Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. Volume 6. Kuala Tungkal: Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) An-Nadwah Kuala Tungkal
Kumpulan Artikel Jurnal Nasional. (2017). Kuala Tungkal: Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) An-Nadwah Kuala Tungkal
M. Cholil Nafis dan Abdullah Ubaid. (2010). Keluarga Maslahah Terapan Fikih Sosial Kiai Sahal. Jakarta: Mitra Abadi Press
M. Quraish Shihab. (2008). Tafsir Al-Mishbah, Volume 11. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati
M. Quraish Shihab. (2008). Tafsir Al-Mishbah, Volume 14. Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati
Martinis Yamin dan Maisah. (2012). Orientasi Baru Ilmu Pendidikan. Jakarta: Referensi
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori. (2004). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Muhammad Zaenuddin. (2004). Membangun Wacana Intelektual. Batam: Yayasan Bina Adzkiya
Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Umer Chapra. (2000). Islam dan Tantangan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani Press
Vivi Zakiyah Az-Zahra. (2010). 100 Pesan Nabi Pada Wanita. Jombang: Lintas Media
Wina Sanjaya. (2013). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Winarto Surakhmad. (2000). Menggagas Pendidikan Rakyat. Bandung: Alqaprint

Kamis, 21 Februari 2019

Tentang Rindu

RINDU..
Hanya satu kata tapi tak banyak orang yang tau artinya.
Hanya satu kata tapi sangat sulit di ibaratkan dengan situasi ataupun kondisi.
Orang-orang hanya bisa berkata, "saya rindu. Sangat rindu". Namun apakah kau tahu apa itu rindu yang sebenarnya?..

Oh iya,
pernahkah kau merasakan bergetar dalam hatimu ketika mengingat seseorang?
Pernahkah kau merasakan detak jantungmu lebih cepat dari biasanya hanya karena matamu melintasi fotonya?
Pernahkah kau merasakan nyeri atau sesak didalam dadamu ketika mengingat seseorang?
Pernahkah kau ingin menangis ketika kau ingin menggapai jemarinya namun kau tak berdaya?
Ataukah kau tak sadar bahwa air matamu telah jatuh disaat kau termenung meratapi diri yang lemah itu?

Pernahkah?
Pernahkah?
Pernahkah?

Hati-hati..
Sebenarnya dirimu Kangen atau Rindu..
Coba rasakan dulu hatimu, sakit atau tidak?
Bagaimana bisa kau merindukan seseorang jika yang kau rasakan hanya sakit didada, bukan rindu namanya jika hanya menghadirkan rasa sakit. Bukan rindu namanya jika hanya membuatmu tersiksa.

Cobalah kendalikan egomu dulu.
Kangen, adalah saat dimana kita menginginkan kehadiran seseorang dalam hidup kita, yang mungkin sudah sekian lama berpisah. Yang mana tak ada obat lain selain bertemu. Ya, hanya bertemu. Kangen sama kekasih misalnya. Kau tak kan bisa menghilangkan rasa itu tanpa pertemuan, yang ada hanya akan menimbulkan rasa sesak dan sakit, Lama-lama kau bisa stres.

Namun rindu, adalah rasa yang tumbuh perlahan. Dia indah, namun dibungkus dengan ketulusan. Rindu tak harus diobati dengan pertemuan, namun ia akan terasa indah jika dihidupkan dengan ke-ikhlas-an. Seperti kau merindukan kerabatmu yang meninggal, bagaimana bisa kau memaksakan untuk bertemu kembali? Ataupun merindukan kekasih yang sudah sangat lama tak bertemu.
Rindu, yang mana kau akan merasakan sesak sementara, namun kau akan tersenyum perlahan, lalu hatimu berkata, "indahnya rindu dan penantian ini".

Rindu yang indah adalah ketika kau ikhlas dan berfikir bahwa Tuhan menjagamu dan menjaga diamu.
Rindu yang benar-benar rindu adalah ketika kau mengingatnya lalu ada sebuah rencana indah yang akan kau ukir ketika bersama nanti.
Tenanglah, semua akan kembali pada waktunya.
Letakkan tanganmu di dada, tarik nafas yang dalam lalu katakan, "semua akan baik-saja"

Ingatlah, jangan sampai salah jalan. Kadang sesak didadamu akan membawamu dalam kegelisahan, yang akan membuatmu menyalahkan segala hal. Kau bisa saja menyalahkan diamu, diri sendiri, bahkan Tuhan.
Cukuplah, terkadang Ego menuntunmu untuk berpikir keras bahwa bertemu adalah pilihan. Ingatlah, ketika waktu itu tiba, Tuhan akan mengantarmu pada diamu tanpa kau pinta. Dan kau akan merasakan dan mengerti apa itu Rindu yang sebenarnya.

Renungkanlah !!! Apa itu cinta??

Renungkanlah!!!!Apa itu cinta?? Apakah telapak tanganmu berkeringat, jantungmu berdetak cepat, dan suaramu tercekat saat berada di dekatnya...